"Kopi mandailing Sumatera mengenalkan saya pada cita rasa kopi sesungguhnya. Pun kepada tangan-tangan perempuan yang terlibat di balik prosesnya. Minumlah kopi terbaik dan kalian tidak akan berpaling.” - Erna Knutsen, pencetus terminologi kopi spesial/”specialty coffee”
Iklim tropis dan kesuburan tanah vulkanik menjadi rahim lahirnya varian kopi bercita rasa tinggi di Tanah Air. Ironisnya, selama puluhan tahun, anak bangsa sendiri seolah lupa kekayaan hayati anugerah Sang Pencipta.
Kala penghargaan manusia pada secangkir kopi kian tinggi, saatnya Indonesia diapresiasi sebagai rumah kopi-kopi terbaik dunia.
Perhelatan Specialty Coffee Association of America (SCAA) Expo ke-28 di Georgia World Congress Center, Atlanta, Georgia, Amerika Serikat (AS), 14-17 April 2016, menjadi pembuktian betapa Indonesia mendapat tempat khusus di antara pelaku industri kopi spesial dunia. Terlebih dalam ajang tahunan ini Indonesia terpilih menjadi portrait country.
Portrait country merupakan penghargaan dari SCAA yang merupakan asosiasi kopi spesial terbesar dunia kepada negara penghasil kopi-kopi terbaik. Dengan menjadi portrait country, sebuah negara mendapat panggung dan perhatian khusus dalam ajang yang menjadi barometer industri kopi spesial itu.
”Dunia sudah lama menikmati kopi-kopi terbaik dari Indonesia. Ini saatnya kami mengapresiasi Anda. Berterima kasih kepada para petani hingga pelaku industri di dalamnya,” kata Bill Carney, Direktur Eksekutif SCAA.
Selain pameran kopi spesial, SCAA juga menjadi tempat pameran dan transaksi teknologi pemrosesan dan penyajian kopi termutakhir.
Tahun ini, SCAA dihadiri sekitar 12.000 orang dari lebih kurang 75 negara. Di antara negara-negara itu, nama Indonesia bergaung di setiap penjuru sejak awal pembukaan, Kamis (14/4) malam.
Pada seremoni pembukaan, video testimoni orang-orang berpengaruh di dunia kopi tentang cita rasa kopi Indonesia ditayangkan di depan ribuan peserta.
Selain Erna Knutsen, Presiden Direktur Royal Coffee AS Bob Fulmer juga menuturkan, Indonesia telah membantu manusia menemukan keindahan cita rasa dari sebuah tanaman tropis.
”Dear Indonesia, thank you for your coffee,” ucapnya
Serba Indonesia
Atmosfer Indonesia kembali terasa dalam pesta penyambutan SCAA yang digelar di halaman gedung. Ditampilkan kesenian musik angklung oleh kelompok House of Angklung yang personelnya terdiri atas warga negara Indonesia di Washington DC. Selain itu, disuguhkan pula atraksi tari tifa dan kostum barongan ala karnaval Jember, Jawa Timur.
Delegasi negara lain tidak mau ketinggalan mengambil foto diri bersama penari Indonesia. Pada puncak acara, para peserta dari Indonesia dan negara lain larut menari bersama mengikuti irama rancak musik Flores, Nusa Tenggara Timur.
Dalam ajang pameran, Indonesia juga mendapat posisi strategis, yaitu tepat di tengah arena. Mengusung tema besar ”Remarkable Indonesia: Home of World’s Finest Coffee”, paviliun pameran Indonesia tidak pernah sepi tamu.
”Jujur saja, saya penasaran dengan kopi dari Indonesia. Walau secara bisnis kami bersaing dengan Indonesia, harus diakui, cita rasa kopi Indonesia begitu kaya rempah,” ujar Jonathan da Silva (38). Pemilik kedai kopi wakil delegasi Brasil itu asyik bicara soal kopi sambil menyeruput secangkir kopi gayo di salah satu sudut paviliun Indonesia.
Kepala Pusat Penanganan Isu Strategis Kementerian Perdagangan RI Ni Made Ayu Marthini menuturkan, keberhasilan Indonesia menjadi portrait country SCAA merupakan buah dari perjuangan selama tiga tahun terakhir.
Tantangan terbesar justru ketika meyakinkan pemerintah pusat bahwa kopi spesial Indonesia layak menjadi ikon komoditas bangsa.
Pada perhelatan SCAA, Indonesia memamerkan 17 jenis kopi spesial yang telah diuji oleh Caswell’s Coffee, satu-satunya laboratorium kopi di Indonesia yang bersertifikat standar SCAA. Kopi-kopi itu dihasilkan dari lima pulau di Indonesia: Sumatera, Jawa, Sulawesi, Bali, dan Flores.
Ketujuh belas kopi spesial tersebut antara lain jenis gunung puntang, mekar wangi, manggarai, malabar honey, atu lintang, toraja sapan, bluemoon organic, gayo organic, java cibeber, kopi catur washed, dan west java pasundan honey. Selain itu, ada juga arabica toraja, flores golewa, redelong, preanger weninggalih, flores ende, dan java temanggung.
Ketua Umum Gabungan Eksportir Kopi Indonesia Hutama Sugandhi mengatakan, tren permintaan kopi terutama jenis arabika dari Indonesia terus meningkat.
Data Kementerian Perdagangan RI menyebutkan, pada 2015, nilai ekspor kopi Indonesia ke dunia tercatat mencapai 1,19 miliar dollar AS atau sekitar Rp 16 triliun. Angka itu meningkat 15,21 persen dibandingkan periode yang sama 2014 sebesar 1,03 miliar dollar AS atau sekitar Rp 13,9 triliun.
Dari seluruh ekspor, AS masih menduduki peringkat pertama negara tujuan dengan nilai 281,15 juta dollar AS atau sekitar Rp 3,7 triliun. Setelah AS, negara tujuan ekspor kopi terbesar adalah Jepang, Jerman, Italia, dan Malaysia.
Saat ini, pangsa pasar kopi Indonesia di AS sebesar 5,5 persen atau menempati urutan keenam setelah Brasil, Kolombia, Vietnam, Kanada, dan Guatemala.
”Indonesia punya peluang menggeser negara-negara lain dalam mengekspor kopi ke AS. Pasar di sini boleh disebut tak terbatas,” ungkap Sugandhi.
Terlebih, mengacu data International Coffee Organization, Indonesia menduduki urutan keempat sebagai produsen kopi terbesar di dunia pada 2014 dengan perkiraan produksi mencapai 622.000 metrik ton per tahun.
Citra bangsa
Tidak hanya menggelar pameran, Indonesia juga mengirimkan wakilnya untuk memberikan sesi kuliah umum di beberapa bidang. Resianri Triane, Training dan Wholesale Manager Anomali Coffee, dalam paparannya menyampaikan, kopi-kopi dari Indonesia memiliki cita rasa rempah dan beraroma lebih kuat karena tumbuh di tanah vulkanik yang memiliki konsentrasi zat hara tinggi.
Adapun Leo Purba, petani kopi dari Simalungun, Sumatera Utara, memberi paparan soal rantai perdagangan dan proses penggilingan tradisional. ”Dunia harus tahu bagaimana kopi terbaik diproduksi dari tetesan keringat petani,” ucapnya.
Dalam pameran SCAA ini pula, untuk pertama kalinya diselenggarakan lelang kopi di paviliun Indonesia. Menurut Ketua Asosiasi Kopi Spesial Indonesia Syafrudin, dari 900 kilogram kopi yang dilelang, semuanya habis terjual hanya dalam waktu tiga jam senilai Rp 160 juta.
Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan RI Nus Nuzulia Ishak menyampaikan, kopi akan menjadi bagian dari merek bangsa (nation branding). Kopi diharapkan menjadi pintu masuk bagi promosi pariwisata dan investasi secara keseluruhan.
”Nantinya diharapkan ketika diekspor akan membawa satu merek, yaitu Kopi Indonesia, seperti yang dilakukan di Brasil atau Kolombia. Tentunya pencantuman merek pada satu jenis kopi harus melalui uji mutu dan standar,” kata Nus.
Catatan rekor transaksi kopi selama pameran yang mencapai 35 juta dollar AS atau sekitar Rp 465 miliar membuktikan betapa kopi Indonesia telah menjadi primadona. Dari Nusantara, harum aroma ”si hitam” merebak ke seluruh dunia. (NatGeoIndonesia.com)
Post a Comment