Unknown Unknown Author
Title: 25 Variasi Sambal Pedas nan Khas dari 25 Provinsi di Indonesia
Author: Unknown
Rating 5 of 5 Des:
KULINER- Kebanyakan orang Indonesia mungkin tak merasa lengkap jika tak makan dengan sambal. Rasa pedas menggigit aneka sambal ini pasti ...

KULINER-Kebanyakan orang Indonesia mungkin tak merasa lengkap jika tak makan dengan sambal. Rasa pedas menggigit aneka sambal ini pasti membuat selera makan jadi makin bertambah. 

Indonesia dengan berbagai kekayaan budayanya menghadirkan berbagai kreasi sambal yang memikat. Bukan hanya satu jenis atau varian sambal yang dimiliki Indonesia, namun kenyataannya tiap daerah sendiri memiliki varian sambal khas masing-masing.

Dari Sabang sampai Merauke, semua punya jenis sambal kebanggaan masing-masing. Yang mengagumkan, semua jenis sambal daerah ini dikreasikan dengan berbagai kearifan lokal atau bahan lokal. Misalnya, sambal roa yang berasal dari Manado atau sambal bajak dari Jawa Barat.

Sayangnya, hanya sedikit sambal-sambal tradisional yang dikenal luas, baik di Indonesia sendiri maupun di luar negeri. Hal inilah yang membuat Putra, seorang pengusaha asal Bogor untuk berkreasi dengan sambal.

“Orang Indonesia itu sangat suka dengan sambal, meskipun tidak semuanya suka. Dan Indonesia pun punya banyak bahan baku yang cocok untuk diolah jadi sambal,” katanya saat acara Kampoeng Legenda di Mal Ciputra Jakarta, pada Kamis (11/8).

Putra sendiri mengaku kalau dia sempat melakukan riset tentang kesukaan orang Indonesia terhadap sambal. “Orang Indonesia tidak pernah lepas dari sambal. Sambal semacam jadi kebutuhan khusus."

Berdasar hal itu, Putra pun optimis untuk mengolah bahan baku khas daerah di Indonesia menjadi sambal. Sama seperti sambal pada umumnya, sambal yang dikemas dalam bentuk siap saji dalam wadah plastik kedap udara dengan merek Chillibags.

Bahan baku pembuatan sambalnya adalah cabai merah, cabai rawit, garam, gula dan bahan lokal utama pembuat sambal, misalnya andaliman, kecombrang, terasi, petai, dan lain-lain. Sampai saat ini sudah ada lebih dari 25 varian sambal dari 25 provinsi di Indonesia.

Beberapa di antaranya adalah sambal peda, sambal rendang, sambal kecombrang, sambal ikan kayu, sambal roa, sambal petai, sambal bajak, dan sambal andaliman. Sambal lainnya adalah cengek original, spicy cumi, spicy gabus, black pepper, sambal teri, sampai sambal cengek asap. Dia mengaku semua varian bahan ini didatangkan langsung dari daerah asalnya.

“Idenya adalah untuk memperkenalkan budaya, alam, dan kuliner,” katanya.

Namun diungkapkannya, sampai saat ini masih ada sambal dari satu provinsi yang belum diolahnya. “Sambal dari Papua belum ada sih."

Tantangan Khusus

Sekalipun membuat sambal terlihat sangat mudah dan sederhana, namun Putra sendiri mengaku ada tantangan khusus membuat sambal. Dia mengatakan bahwa dalam prosesnya, setiap bahan baku memiliki tingkat kesulitan pengolahan tersendiri.

Sambal ikan kayu, misalnya. Karena teksturnya yang keras seperti kayu, ikan ini butuh berbagai perlakuan khusus, yaitu harus direndam selama beberapa waktu dulu sampai bisa diolah. Ikan kayu disebut juga keumamah di Aceh. Ikan ini berasal dari ikan tongkol yang direbus, dijemur, dan disalai. Setelah itu, ikan baru dicampurkan dengan berbagai bahan tambahan pembuat sambal.

Berbeda ceritanya dengan sambal andaliman. Andaliman disebut juga sechuan pepper dan termasuk dalam jenis jeruk kecil. Ukurannya hanya sebesar biji merica. Andaliman adalah bumbu khas bagi masyarakat Sumatra Utara. Di lokasi setempat, andaliman digunakan sebagai salah satu bumbu khas.

Andaliman sendiri mengandung senyawa terpenoid yang berfungsi sebagai antioksidan. Namun dengan tambahan cabai rawit dan aneka racikan lainnya, sambal andaliman menjadi satu pilihan yang nikmat. Hanya saja, bagi penikmat sejati andaliman, sambal ini mungkin terasa kurang getir.

Perihal hal tersebut, Putra mengungkapkan bahwa hal ini dilakukan dengan dasar penyesuaian selera. Dia menyadari mungkin tak semua orang suka pedas yang terlalu menggigit atau cita rasa andaliman yang terlalu getir. Oleh karenanya, dia memberi sedikit penyesuaian dan standar rasa bagi penikmatnya.

Bukan cuma itu, Putra juga mengaku punya tantangan lain untuk mengembangkan bisnis sambalnya.

“Tantangan lainnya adalah kalau harga cabai rawit mulai mahal. Wah, itu bisa pusing saya,” ucapnya diriingi tawa. (cnnindonesia.com)

About Author

Advertisement

Post a Comment

 
Top